Wahai Pelaku Bisnis, Fokuslah pada Konsumen
“Pelanggan adalah raja” menjadi istilah yang sudah lama dikenal, tapi masih sangat relevan di masa sekarang. Dengan menerapkan prinsip itu, bisnis apapun akan tetap bisa melaju di jalan yang tepat.
Amazon Web Services, Inc (AWS) menjadi salah satu perusahaan yang berhasil menerapkan prinsip itu. “Ketika berbicara mengenai inovasi, masyarakat awam menilai bahwa itu adalah Aha moment yang bertemu dengan ide brilian, dengan eksekusi yang tepat,” ujar Gunawan Susanto, Country Director AWS Indonesia saat menjadi pembicara dalam rangkaian Kompas100 CEO Forum ke-13 Powered by East Ventures: CEO on Stage Prasetya Mulya Sesi 2 yang didukung oleh Ruparupa, di Universitas Prasetiya Mulya, Selasa (18/10/2022).
Tapi pertemuan aha moment dengan ide brilian itu adalah hal yang jarang terjadi. “Karena itu, bagi kami di AWS, inovasi adalah eksperimen secara terus menerus. Bagaimana kita mencoba berinteraksi dengan customer experience (pengalaman pelanggan/konsumen),” kata pria yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Presiden Direktur IBM Indonesia itu.
Apa yang dicapai AWS dalam satu dekade lebih merupakan buah dari interaksinya dengan konsumen. Anak perusahaan Amazon yang berdiri pada 3 Maret 2006 ini menawarkan layanan berbasis cloud computing.
Cloud computing, seperti diketahui merupakan layanan komputasi yang mencakup server, perangkat lunak, penyimpanan data, jaringan, serta analitik melalui jaringan internet. Dengan cloud computing, perusahaan tidak perlu mengeluarkan dana ekstra untuk membeli dan merawat hardware maupun software.
Bagi perusahaan di era digital, cloud computing menjadi salah satu hal yang wajib. “Tapi, pada 2006 lalu belum ada cloud computing,” ujar dia.
Cloud computing masih jadi sesuatu hal yang asing. Tapi tidak dengan Amazon.
“Amazon memiliki kebutuhan layanan IT yang tinggi. Kalau Amazon butuh, maka semua (orang atau perusahaan) pasti butuh. Kami kemudian berpikiran, bagaimana kalau (layanan IT) itu seperti utility, air maupun listrik,” katanya.
Ketika memutuskan terjun di bisnis cloud computing, AWS tidak pernah membayangkan akan menjadi begitu besar seperti hari ini. “Bahkan, ketika memulai dulu, AWS baru memiliki satu jenis layanan. Tapi AWS percaya bahwa kecepatan meluncurkan produk itu penting,” ujar dia.
Amazon menggunakan istilah “Minimal lovable product”, Yakni bisnis apapun, asal idenya disukai publik, peluang untuk meraih suksesnya lebih besar.
“Long story, AWS berkontribusi 78 miliar dolar AS. Bagi perusahaan teknologi itu adalah angka yang besar,” ujar dia.
Berbicara mengenai konsumen, maka Indonesia menjadi pasar yang strategis. Termasuk bagi perusahaan yang bisnisnya telah terdigitalisasi. “Kalau kita ngomong digital, itu all about data (semua tentang data). Sementara data itu all about people (semuanya tentang manusia). Kita tahu, Indonesia itu memiliki jumlah penduduk besar,” kata David Audy, Operating Partner East Ventures, masih di acara yang sama.
Potensi konsumen yang begitu besar itu membuat Indonesia lebih mudah memiliki startup unicorn. “Singapura, Malaysia sulit punya unicorn. Tapi Indonesia punya banyak,” ujar dia.
Apalagi, jumlah pengguna internet di Indonesia saat ini terbilang sangat besar. Mencapai 210 juta jiwa. Angka ini empat kali lebih besar dari 2010 lalu, di mana pengguna internet di Indonesia baru sebanyak 42 juta jiwa.
Ini menunjukkan bahwa akselerasi digital di Indonesia cukup bagus. Tapi, akselerasi digital saja tidak cukup. “Kalau tidak dibarengi dengan literasi finansial, maka akan muncul masalah-masalah. Seperti penipuan pinjol (pinjaman online),” ujar David.
Sementara itu, Teresa Wibowo, CEO Ruparupa, dalam CEO on Stage 1 powered by East Ventures menceritakan soal bagaimana perusahaannya, lewat platform ruparupa.com beradaptasi dengan perubahan kebiasaan konsumen.
Ruparupa merupakan marketplace milik Kawan Lama Group. Marketplace ini menjual produk-produk Kawan Lama Group, seperti Ace Hardware, Informa Furnishings, Toys Kingdom, hingga Krisbow.
“Ruparupa baru mulai enam tahun lalu. Saat itu, e-commerce belum marak seperti saat ini. Tapi kami melihat ada opportunity,” ujar dia.
Bagi Kawan Lama Group, keberadaan ruparupa.com adalah keputusan yang tepat. Ini membuat mereka mampu beradaptasi pada situasi pandemi COVID-19.
Seperti diketahui, di awal pandemi, pemerintah menerapkan kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat. Membuat toko-toko non bahan kebutuhan pokok tidak bisa beroperasi normal. Bahkan harus tutup selama beberapa waktu.
“Ketika tidak punya platform, siapa yang akan belanja di tempat kita,” kata dia.
Kebiasaan konsumen lain yang coba dipahami Ruparupa adalah ketika mereka membeli langsung di toko. Teresa mengungkapkan, banyak konsumen, terutama dari kalangan milenial yang enggan untuk bertanya atau berkonsultasi pada customer service.
Dari situ, Ruparupa membuat inovasi berupa layar-layar yang bisa menjadi media bagi konsumen untuk mendapatkan informasi produk. (*)