Jokowi: Kita Harus Super Hati-Hati

Tahun 2023 akan jadi tahun yang menantang bagi banyak negara, tak terkecuali Indonesia. Perlambatan ekonomi mungkin bisa terjadi, meski peluang-peluang baru diyakini akan bermunculan. 

Presiden Joko Widodo dalam pidatonya selama 25 menit pada acara puncak Kompas100 CEO Forum edisi ke-13 di Istana Negara, Jumat (2/12/2022) mengajak para pemangku kepentingan dan pelaku dunia usaha untuk optimis menatap 2023. 

”Kita semua harus optimistis, penuh kewaspadaan dan kehati-hatian. Super hati-hati, prudence, jangan sampai salah. Karena keadaannya tidak normal,” kata dia.

Jokowi menyebut super hati-hati karena kondisi global yang serba tidak menentu dalam dua tahun belakangan masih bisa berlanjut di tahun 2023. Apalagi Dana Moneter Internasional (IMF) telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 dari 5,2 persen menjadi 5 persen. 

Proyeksi IMF itu bahkan lebih rendah daripada proyeksi pertumbuhan yang sudah ditetapkan dalam Undang-Undang Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2023, yaitu sebesar 5,3 persen. 

Namun, pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen sekalipun sejatinya sudah cukup bagus dalam situasi sekarang ini. Apalagi, untuk global, proyeksi pertumbuhan yang ditetapkan IMF hanya 2,7 persen.

Presiden Joko Widodo menyalami peserta Kompas100 CEO Forum powered by East Ventures seusai memberikan pengarahan pada acara tersebut di Istana Negara, Jakarta, Jumat (2/12/2022).

 

Jokowi mengatakan, Indonesia memiliki sejumlah modal untuk bisa melesat lebih tinggi. Salah satu modalnya adalah sumber daya manusia yang besar. 

Pada 2030-2040, Indonesia akan mengalami era bonus demografi. Pada periode tersebut, penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan mencapai 64 persen dari total penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa.

Besarnya jumlah penduduk juga berarti besarnya pasar yang dimiliki Indonesia. Ini membuat Indonesia menjadi pasar yang strategis bagi para pelaku usaha. Baik itu yang berasal dari dalam negeri, maupun mancanegara. 

Belum lagi bila berbicara soal sumber daya alam. Indonesia adalah negara penghasil nikel nomor satu dunia, dan bauksit nomor dua dunia. Nikel dan bauksit, seperti diketahui menjadi dua bahan baku paling dicari oleh industri kendaraan listrik. 

”Kekuatan ini yang harus kita ingat-ingat terus dalam rangka membangun strategi besar ekonomi negara agar kita bisa  mencapai visi yang kita inginkan,” kata Presiden. 

Salah satu strategi yang dimaksud adalah membangun ekosistem usaha di dalam negeri. Misalnya ekosistem industri kendaraan listrik. 

Indonesia, dengan nikel dan bauksit yang dimiliki punya kans untuk menjadi produsen baterai kendaraan listrik terkemuka di dunia. Untuk membangun ekosistem, semua hal harus bisa terintegrasi dengan baik. 

Presiden menekankan bahwa investasi di bidang industri kendaraan listrik dan industri lainnya harus berdasarkan kemitraan. Dengan cara itu, investasi yang masuk tidak hanya mengeksploitasi sumber daya domestik tapi juga memberikan nilai tambah sekaligus dukungan terhadap pencapaian visi Indonesia. 

 

”Kita tetap membuka ekonomi kita. Tetapi kita harus bisa mendesain negara lain tergantung pada negara kita. Jangan sampai kita ini hanya menjadi cabang. Banyak investor masuk, tapi hanya menjadi cabang. Ekonominya tumbuh tapi hanya menjadi cabang,” kata Presiden.