Jangan Hanya Tergiur Cuan, Pahami Profil Risiko Investasi

 

 

Pada November 2022, jumlah investor pasar modal di Indonesia sudah mencapai angka 10 juta. Sementara itu, jumlah investor di pasar kripto malah sudah melewati angka 15 juta.

 

Sayangnya, pesatnya pertumbuhan investor baru tidak dibarengi dengan peningkatan literasi. Banyak di antara para investor itu yang berinvestasi lantaran terjebak fear of missing out (FOMO) atau sekadar ikut-ikutan teman, tapi tak memahami karakter instrumen investasinya. Ironisnya, banyak yang terjebak pada mimpi mendapatkan keuntungan besar dalam waktu sesingkat mungkin. 

 

“Banyak yang tidak sabar. Inginnya ketika berinvestasi, sudah dapat (untung) minggu depan,” kata Teguh Dartanto PhD, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), berbicara dalam Rangkaian Kompas100 CEO Forum ke-13 Powered by East Ventures: CEO on Stage Universitas Indonesia, yang digelar di Mochtar Riady Plaza Quantum (MRPQ), Universitas Indonesia (UI), Senin (21/11/2022) 

 

Investor yang tidak sabaran itu biasanya mudah panik. Mereka mudah terpengaruh oleh isu atau berita yang mungkin berkaitan dengan portofolio investasinya. 

 

Apa yang terjadi pada pasar kripto beberapa waktu lalu bisa menjadi contoh. Ketika booming di awal pandemi, banyak orang yang berbondong-bondong menginvestasikan uangnya pada aset kripto. 

 

Memang, banyak yang mendapatkan cuan dari kripto. Ada banyak cerita tentang investor kripto yang kaya mendadak. Namun, sebenarnya, yang mengalami kerugian dalam jumlah besar juga tidak kalah banyak. 

 

Senior Head of Financial Consultant KoinWorks Willy Sanjaya mengatakan, kebanyakan dari investor-investor pemula tidak memahami pentingnya profil risiko untuk menentukan instrumen investasi yang cocok.

 

“Misalnya, saya itu super agresif, cocoknya investasi yang fluktuatif,” kata dia. 

 

Kripto menjadi salah satu investasi yang fluktuatif karena perubahan harga bisa terjadi dalam hitungan detik. 

 

Sementara itu, orang-orang yang profil risikonya konservatif tidak cocok dengan investasi yang fluktuatif. Mereka lebih pas dengan fixed income investment (investasi pendapatan tetap). 

 

Tujuan investasi

Dari kiri, Peneliti Litbang Kompas Karina Isna Irawan, Senior Investment Associate at East Ventures Gavin Adrian, Senior Head of Financial Consultant KoinWorks Willy Sanjaya, dan Dekan FEB UI Teguh Dartanto, Ph.D.

 

Selain memahami profil risiko, penting juga untuk mengetahui tujuan dari berinvestasi. “Misal untuk jangka pendek, kita jangan memilih investasi yang sifatnya market volatile. Sebaliknya pilih yang likuid dan (bisa memberikan) pendapatan tetap,” katanya.

 

Namun, bila tujuannya jangka panjang, Willy mengibaratkan itu seperti seseorang yang naik tangga sambil main yoyo. “Fluktuasi harga itulah yoyonya,” kata dia. 

 

Ketika tujuannya jangka panjang, investor tidak akan risau ketika fluktuasi terjadi setiap hari, bahkan setiap detik. Sebab, dia meyakini bahwa keuntungan baru bisa diperoleh tidak dalam hitungan hari, tetapi bisa jadi baru dirasakan setelah bertahun-tahun. 

 

Pada kesempatan yang sama, Gavin Adrian, Senior Investment Associate at East Ventures, mengatakan, sebagai perusahaan modal ventura, pihaknya memiliki beberapa kriteria sebelum memutuskan untuk berinvestasi. “Kita fokus pada fundamentalnya,” kata dia. 

 

Perlu diketahui, East Ventures menjadi perusahaan yang banyak menanamkan modal pada startup-startup di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Oleh karena itu, sebelum berinvestasi, East Ventures akan mempelajari dulu profil startup.

 

“Kami menggunakan framework 3P, yakni people, product, and potential market,” katanya.

 

People berkaitan dengan founder startup. “Apakah dia jujur? Bisa mengetahui kelebihan dan mengetahui kelemahan, sekaligus bisa mencari solusi atas kekurangannya?”

 

Framework 3P yang dipakai East Ventures ini bisa juga diaplikasi oleh investor perorangan. Kata kuncinya adalah jeli melihat segala aspek dari apa pun yang akan diinvestasikan. [*]