Ekonomi Indonesia Masih Melihat dengan Terang

Undang-Undang (UU) Nomor 28 Tahun 2022 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2023 atau UU APBN 2023 mengasumsikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan sebesar 5,3 persen. Target ini lebih tinggi dari proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) yang sebesar 5,0 persen.

 

Melihat situasi akhir-akhir ini, Indonesia seharusnya mampu mengejar pertumbuhan 5,3 persen pada tahun depan. Ini karena pada triwulan III-2022, perekonomian Indonesia mampu tumbuh 5,72 persen. Sedikit lebih baik dari triwulan II-2022 yang tumbuh sebesar 5,44 persen.

 

Meski berada di jalur yang benar, pemerintah tetap berhati-hati menyambut 2023. Ketidakpastian global masih bisa berlanjut pada tahun depan. “Kita melihat global. Soal geopolitik yang bisa menimbulkan dampak,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat berbicara dalam acara Kompas100 CEO Forum di Istana Negara, Jumat (2/12/2022).

 

Sri Mulyani mengatakan, dinamika yang terjadi di Rusia-Ukraina menjadi perhatian banyak negara. “Perang itu bahkan mengubah pembahasan di G20. Kemungkinan tipping point bisa terjadi di 2023. Kalau terjadi negosiasi dan perangnya berhenti,” ujarnya.

 

Kebanyakan negara tentu berharap konflik itu bisa segera berakhir. Karena apa yang terjadi di Rusia-Ukraina telah memicu efek yang luas. Terutama memicu krisis energi dan krisis pangan di banyak negara.

 

Selain terus mengamati perkembangan geopolitik dunia, pemerintah RI berusaha memastikan agar pertumbuhan investasi tetap terjaga di atas 5 persen. “Kalau investasi bisa tumbuh di atas 5 persen, kita punya harapan bahwa resiliensi dari ekonomi kita bisa dijaga,” kata perempuan yang pernah menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.

 

Kemudian, yang tak kalah penting adalah menjaga pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap di atas 5 persen. Itu juga berkaitan dengan upaya-upaya untuk mengendalikan inflasi. “Presiden (Jokowi) detail soal inflasi. Dia terus mengingatkan para kepala daerah,” ujar dia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani saat berbicara di depan para undangan acara puncak Kompas100 CEO Forum di Istana Negara, Jumat (2/12/2022).

 

Kinerja industri dan ekspor batubara

 

Optimisme pemerintah menyambut 2023 salah satunya didasari kinerja sektor industri pada 2022. “Sektor-sektor yang terdampak pandemi mulai pulih, seperti transportasi, perhotelan, dan akomodasi naiknya tidak hanya double digit, bahkan sampai ratusan persen,” kata Sri Mulyani.

Kemudian sektor manufaktur, Sri Mulyani melihat ada tekanan, tetapi juga peluang yang terjadi sepanjang tahun ini. “Kami melihat across the board. Sektor manufaktur bisa shifting ke baterai untuk mendukung electric (vehicle),” kata dia.

 

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia harus tetap percaya diri di tengah kondisi global yang serba tidak menentu. “Secara global belum terang, masih penuh badai, tetapi sektor otomotif masih confident karena kalau (global) masih gelap atau badai, tim ekonomi masih bisa melihat dengan terang,” kata Airlangga.

Airlangga melihat, masih ada peluang besar di sektor ekspor, terutama batubara. “Kelihatannya, harga batubara tetap bagus,” ujarnya.

 

China masih menjadi negara tujuan utama batubara dari Indonesia. Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS) RI, pada 2021 saja, Indonesia mengekspor 108,487 juta ton batubara ke China.

Tahun depan, China kemungkinan besar akan menambah jumlah impor batubara mereka. “Karena China akan meningkatkan kapasitas pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) mereka. Selain itu, beberapa negara Eropa juga menghidupkan kembali PLTU-nya,” katanya.